Pandemi Covid 19 mengubah banyak kebiasaan masyarakat, mulai dari pekerjaan kantor yang bisa dilakukan dari rumah, belajar mengajar jarak jauh, hingga belanja keperluan dan beli makanan secara daring. Survei CLSA Indonesia selama pandemi pada 450 respondensebanyak 70 persen lebih sering memesan makanan via daring daripada sebelum adanya pandemi. Meski efisien, namun tetap ada bahaya kesehatan yang perlu diwaspadai saat jajan makanan online.
Dalam kampanye #SantapAman untuk memperingati Hari Kesehatan Nasional, Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Suzy Maria, Sp.PD KAI menjelaskan soal penyakit yang ditularkan lewat makanan, seperti penyakit tifoid serta cara pencegahannya. Suzy mengatakan demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan Salmonella Typhi melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. "Seseorang bisa terkena penyakit ini saat menyantap makanan yang tidak disiapkan secara benar. Seperti mengonsumsi bahan makanan atau penggunaan alat makan yang dicuci dengan air terkontaminasi bakteri, hingga melakukan kontak tidak langsung dengan penderita penyakit tifoid seperti menyantap makanan yang mereka sajikan," kata Suzy dalam keterangannya, Senin (29/11/2021).
Dijelaskan Suzy, penyakit ini punya gejala demam yang meningkat secara bertahap tiap hari dan lebih tinggi saat malam hari, nyeri otot, sakit kepala, kelelahan, lemas, serta munculnya ruam. Pada anak anak, tifoid disertai dengan sering alami diare. Sementara orang dewasa cenderung alami konstipasi. Sedangkan komplikasi yang dapatditimbulkan demam tifoid berupa pendarahan atau perforasi usus. Berdasarkan data WHO, 11 20 juta orang sakit karena demam tifoid mengakibatkan kematian sebanyak 128 161 ribu setiap tahunnya di seluruh dunia. Kasus terbanyak terjadi di Asia Tenggara dan Asia Selatan.
Di Indonesia, demam tifoid termasuk penyakit endemik sebab prevalensi demam tifoid yang cukup tinggi yaitu mencapai 500 kasus per 100 ribu penduduk per tahun. Penyakit tifoid bisa dicegah dengan cara menjaga sanitasi dan higienitas pribadi, serta menghindari kontak dengan penderita. Vaksinasi tifoid jadi langkah optimal dan efektif untuk pencegahan demam, mengingat Indonesia masih jadi negara endemik tifoid.
Cara kerja vaksinasi tifoid yakni meningkatkan sistem imun tubuh untuk melawan infeksi bakteri Salmonella Typhi. "Vaksinasi dapat dilakukan mulai usia dua tahun ke atas dan untuk mendapatkan perlindungan maksimal," kata Suzy. Salah satu jenis vaksin tifoid yang umum digunakan adalah vaksin tifoid injeksi polisakarida Vi. Berdasarkan pemantauan selama 20 bulan, vaksin tifoid jenis ini memberikan perlindungan penyakit tifoid sebesar 74 persen.
"Seseorang direkomendasikan mendapat vaksinasi tifoid setiap tiga tahun sekali," ucapnya.